LAYU SEBELUM BERKEMBANG
Oleh: Kiky Sastrawan
Petang masih
pekat, kurasakan udara dingin
menyelinap melalui celah-celah jendela yang masuk ke dalam tubuhku melalui
pori-pori kulit hingga menembus tulang. Namun
kupaksakan mataku untuk
berhenti dari terpejam,
kala itu jarum jam menunjukkan pukul
1:45 WIB, ku basuh wajah
dengan air wudhu.
Seusai shalat
malam aku bergegas
ke pasar untuk
bekerja seperti biasa, yaitu menjadi
kuli panggul. Aku tak peduli pada dinginnya angin petang yang
seolah membekukan sel-sel darahku. Malam itu aku
menawarkan jasa pada
seorang ibu, beruntungnya dia